Senin, 27 Mei 2013

Fisika tingkat SMA: Impul & Momentum

IMPUL DAN MOMENTUM

IMPUL - MOMENTUM DAN TUMBUKAN
I. Momentum
Momentum adalah merupakan hasil kali antara massa benda dengan kecepatan benda itu sendiri. Besarnya Impul dapat dihitung dengan rumus :
P = m v
Keterangan :
p = momentum benda …………………………….. (kg.m/s)
m = massa benda ……………………………………… (kg)
v = kecepatan benda ………………………………. (m/s)



II. Impul
Impul adalah merupakan hasil kali antara gaya dengan lama waktu gaya itu bekerja, atau gaya sesaat.
Besarnya Impul dapat dihitung dengan rumus :
I = F t
Keterangan :
I = impul ………………………………………………….. (Ns)
F= Besarnya gaya ……………………………………. (N)
t = Lamanya waktu …………………………………… (s)

III. Tumbukan
Ada tiga jenis tumbukan yang kita kenal yaitu tumbukan Lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian dan tumbukan tidak lenting sama sekali.
Lihat Animasi tumbukan disini
Pada saat benda bertumbukan maka akan berlaku Hukum :
Kekekalan Energi Kinetik :






Hukum Kekekalan momentum :





Dalam tumbukan selalu ada koefisien tumbukan, yang dirumuskan sbb :






Keternagan :
e = koefisien restitisu (tumbukan)
Catatan :
Untuk tumbukan lenting sempurna (e = 1)
Untuk tumbukan lenting sebagian (0 < e < 1)
Untuk tumbukan tidak lenting sama sekali (e = 0)

Fisika Tingkat SMA: Persamaan Gerak

PERSAMAAN GERAK


Pendahuluan
Mari kita ingat dulu macam macam bentuk persamaan dalam pelajaran matematika yang pernah kamu pelajari.
Didalam Matematika tersebut ada yang disebut
-          Persamaan Linier (y = ax + b),
-          Persamaan Parabola (y = ax2 + bx + c),
-          Persamaan Lingkaran dll
Persamaan persamaan diatas digunakan dalam fisika dapat untuk menyatakan kedudukan sebuah benda yang sedang bergerak, baik itu gerakan lurus, gerak melingkar, atau gerak yang lintasan seperti parabola.

Persamaan Gerak dalam Fisika
Posisi sebuah benda dalam suatu bidang datar XY dapat dinyatakan dengan koordinat (x , y). Dan dapat juga dinyatakan dalam bentuk persamaan sbb :
y = x i + y j
Misalnya :
Posisi benda A di (3 , 4) berarti posisi benda tersebut berada 3 satuan arah horizontal (smb x), dan 4 satuan arah vertikal (smb y). Tanda i dan j menyatakan vektor satuan berturut turut dalam arah sumbu x dan y. Sehingga dalam bentuk persamaan posisi benda A dapat dinyatakan dengan  :
y = 3i + 4j.
Posisi benda A dapat dilihat seperti pada gambar di bawah.



















Perpindahan (Perubahan Posisi Benda)
Perpindahan adalah perubahan posisi sebuah benda dilihat dari suatu titik acuan.
Misalanya :
Benda P mula mula di titik A (2 , 2), kemudian setelah beberapa detik berubah posisinya di B (5 , 6), maka dilihat dari acuan pusat sumbu koordinat benda P berpindah dari A ke B.
Persamaan perpindahan benda diatas adalah :
y = (xb – xa)i + (yb – ya)j, atau
y = Δx i + Δy j
Sedangkan besar atau nilai dari perpindahan dihitung dengan :



Jadi perpindahan benda pada P di atas adalah :


Kecepatan Sesaat
Kecepatan sesaat adalah kecepatan sebuah benda pada waktu tertentu, misalanya pada detik ke-1, detik ke-2, detik ke-3, dst....
Persamaan kecepatan sesaat adalah hasil turunan dari persamaan gerak atau turunan dari persamaan perpindahan benda, atau secara matematika adalah : 


Kecepatan sesaat dapat juga diperoleh dari hasil integral percepatan benda sbb :
 
Contoh : 

 











Besar atau nilai kecepatan nya adalah : 











Percepatan Benda
Percepatan sebuah benda adalah merupakan hasil turunan dari kecepatan benda, atau dapat juga merupakan turunan kedua dari persamaan perpindahan benda.

Contoh :
Kecepatan benda Q dinyatakan dengan v  = (8t + 2) i + 2 j dalam satuan m/s. Tentukan percepatan benda diatas !
Diketahui        :           v  = (8t + 2) i + 2 j
Ditanyakan      :           a = ...... ?









Jadi percepatan benda diatas adalah a = 8 m/s2  

Fisika Tingkat SMA: Elastisitas

VEKTOR

BESARAN VEKTOR

A.    Menggabungkan atau Menjumlahkan Besaran vektor
a.      Secara Grafis

1.      Metode Poligon
Penggabungan vektor secara poligon dilakukan dengan cara menggambar vektor-vektor yang digabungkan tersebut secara berurutan (diteruskan). Kemudian Vektor resultannya (R) digambar dengan menghubungkan titik awal sampai akhir. (seperti pada gambar)




2.      Metode Jajaran genjang
Penggabungan vektor secara jajaran genjang dibuat dengan cara menggambar vektor-vektor yang akan digabungkan dari titik awal yang sama, kemudian buatlah garis sejajar vektor tadi (garis putus-putus) dari kedua ujung vektor yang digabungkan sehingga diperoleh titik potongnya. Terakhir gambarlah Vektor Resultannya dengan menghubungkan titik awal ke titik potong. (seperti pda gambar) 

 

b.      Secara Analitis (Perhitungan)

1.      Jika arahnya sama
Resultan vektor yang arahnya sama dihitung dengan menjumlahkan besar dari kedua vektor yang digabungkan.

                        R  = V1  +  V2

2.      Jika arahnya berlawanan
Resultan vektor yang arahnya sama dihitung dengan mengurangkan besar dari kedua vektor yang digabungkan (dihitung selisihnya).

                        R  = V1  -  V2

3.      Jika saling mengapit sudut
Resultan dari vektor yang arahnya tidak sama dan tidak berlawanan atau arahnya saling mengapit sudut dihitung dengan menggunakan rumus sbb :






Contoh Soal :
  1. Vektor Fa dan Fb berturut-turut 30 N dan 50 N. Berapa resultan kedua vektor tersebut jika :
a.       kedua vektor searah !
b.      kedua vektor berlawanan arah !
c.       kedua vektor saling mengapit sudut 60° !
Diketahui :                  Fa = 30 N
                                    Fb = 50 N
Ditanyakan :    a) R = ................. ? (searah)
                        b) R = ................. ? (berlawanan arah)
                        c) R = ................. ?  α = 60°

a)      R = Fa  +  Fb                                        b) R = Fa  -  Fb
R = 30  +  50                                            R = 30  -  50          
R =  80 N                                                 R = - 20 N
                                    (tanda – menyatakan arah R sama dengan Fb)















 2.        Vektor V = 400 N dengan arah 30°  terhadap arah horizontal.
      Tentukan  komponen vektor diatas pada sumbu X dan sumbu Y !
      Diketahui :      V = 400 N
      Ditanyakan :    Vx = .................. ?
                               Vy = .................  ?

                        Vx  =  V Cos α                                                            Vy  =  V Sin α
                        Vx  =  400 Cos 30°                                          Vy  =  400 Sin 30°
                        Vx  =  400 0,87                                                Vy =  400 0,5
                        Vx  =  348 N                                                    Vy  =  200 N
  
3. Vektor P, Q dan S berturut-turut  200 N, 300 N dan 400 N dan arahnya 30° , 150° dan 210°  . Tentukan resultan dari ketiga vektor !
Diketahui :      P = 200 N
                        Q = 300 N
                        S = 400 N
Ditanyakan :    R = .................... ?
Untuk menghitung Resultan vektor yang lebih dari 2 vektor lebih mudah menggunakan tabel seperti dibawah : 

















B.    Menguraikan Besaran Vektor
Perhatikan vektor P pada gambar  dibawah !
Arah vektor P adalah ke kanan atas, vektor ini dapat diuraikan menjadi dua komponen yaitu (Px) ke kanan dan (Py) ke atas seperti pada gambar.







Contoh 1
Sebuah vektor P mempunyai besar 200 satuan  dengan arah membentuk sudut 30 ˚ dengan sumbu X positif. Berapakah besar komponen vektor diatas pada sumbu X dan pada sumbu Y ?
            Diketahui  :     P = 200 satauan
                                    α = 30˚
            Diatanya    :     Px  ..... ?
                                    Py .....  ?

            a.         Px = P Cos α                                       b.         Py = P Sin α
                        Px = 200 Cos 30˚                                            Py = 200 Sin 30˚
                        Px = 200 . 0,53                                             Py = 200 . 0,5
                        Px = 100 3 satuan                                         Py = 100 satuan



Contoh 2

            Komponen dari vektor A pada sumbu X adalah 150 satuan. Bila vektor A mengapit sudut 60˚ dengan sumbu X positif. Berapakah besar komponen vektor A pada sumbu Y dan berapa pula besar vektor A tersebut ?
            Diketahui :      Ax = 150 satuan
                                    α = 60˚
            Ditanya :         Ay ..........  ?
                                    A ............. ?
            a.         Ax        = A Cos α                                            b.         A2 = (Ax)2 + (Ay)2
                        150      = A Cos 60˚                                                    3002     = 1502 + (Ay)2  
                        150      = A . 0,5                                                          90000 = 22500 + (Ay)2
                        A         = 150 / 0,5                                                       (Ay)2    = 90000 - 22500
                        A         = 300 satuan                                                    (Ay)2    = 67500
                                                                                                             Ay       = 67500 satuan

 

C.    Perkalian Besaran Vektor

1.      Dot Produck (Perkalian vektor dengan vektor hasilnya skalar)
      Misalnya F(vektor gaya) dan S (vektor perpindahan), Jika kedua vektor   diatas dikalikan hasilnya akan berupa sebuah sekalar yaitu W (Usaha). Secara Matermatika Dot Produck dapat ditulis :
                                          V1 . V2   =   V1.V2  Cos α

2.      Kros Produck (perkalian vektor dengan vektor hasilnya vektor)
      Misalnya F (vektor gaya) dan R (vektor posisi), jika keuda vektor tersebut dikalikan hasilnya akan berupa sebuah vektor baru yaitu  τ (Momen Gaya). Secara Matematika perkalian Kros Product dapat ditulis sbb :
                                          V1  x  V2   =   V1.V2  Sin α

Arah dari hasil perkalian vektor  dengan cara kros product dapat ditentukan dengan aturan putaran skrup, yaitu putaran skrup sama dengan arah putaran vektor melalui sudut terkecil sedangkan arah gerakan skrup menyatakan arah  vektor yang dihasilkan dari perkalian kros product.

3.      Perkalian vektor dengan sebuah bilangan

a . V  =   a V

Fisika Tingkat SMA: Vektor

VEKTOR

BESARAN VEKTOR

A.    Menggabungkan atau Menjumlahkan Besaran vektor
a.      Secara Grafis

1.      Metode Poligon
Penggabungan vektor secara poligon dilakukan dengan cara menggambar vektor-vektor yang digabungkan tersebut secara berurutan (diteruskan). Kemudian Vektor resultannya (R) digambar dengan menghubungkan titik awal sampai akhir. (seperti pada gambar)




2.      Metode Jajaran genjang
Penggabungan vektor secara jajaran genjang dibuat dengan cara menggambar vektor-vektor yang akan digabungkan dari titik awal yang sama, kemudian buatlah garis sejajar vektor tadi (garis putus-putus) dari kedua ujung vektor yang digabungkan sehingga diperoleh titik potongnya. Terakhir gambarlah Vektor Resultannya dengan menghubungkan titik awal ke titik potong. (seperti pda gambar) 

 

b.      Secara Analitis (Perhitungan)

1.      Jika arahnya sama
Resultan vektor yang arahnya sama dihitung dengan menjumlahkan besar dari kedua vektor yang digabungkan.

                        R  = V1  +  V2

2.      Jika arahnya berlawanan
Resultan vektor yang arahnya sama dihitung dengan mengurangkan besar dari kedua vektor yang digabungkan (dihitung selisihnya).

                        R  = V1  -  V2

3.      Jika saling mengapit sudut
Resultan dari vektor yang arahnya tidak sama dan tidak berlawanan atau arahnya saling mengapit sudut dihitung dengan menggunakan rumus sbb :






Contoh Soal :
  1. Vektor Fa dan Fb berturut-turut 30 N dan 50 N. Berapa resultan kedua vektor tersebut jika :
a.       kedua vektor searah !
b.      kedua vektor berlawanan arah !
c.       kedua vektor saling mengapit sudut 60° !
Diketahui :                  Fa = 30 N
                                    Fb = 50 N
Ditanyakan :    a) R = ................. ? (searah)
                        b) R = ................. ? (berlawanan arah)
                        c) R = ................. ?  α = 60°

a)      R = Fa  +  Fb                                        b) R = Fa  -  Fb
R = 30  +  50                                            R = 30  -  50          
R =  80 N                                                 R = - 20 N
                                    (tanda – menyatakan arah R sama dengan Fb)















 2.        Vektor V = 400 N dengan arah 30°  terhadap arah horizontal.
      Tentukan  komponen vektor diatas pada sumbu X dan sumbu Y !
      Diketahui :      V = 400 N
      Ditanyakan :    Vx = .................. ?
                               Vy = .................  ?

                        Vx  =  V Cos α                                                            Vy  =  V Sin α
                        Vx  =  400 Cos 30°                                          Vy  =  400 Sin 30°
                        Vx  =  400 0,87                                                Vy =  400 0,5
                        Vx  =  348 N                                                    Vy  =  200 N
  
3. Vektor P, Q dan S berturut-turut  200 N, 300 N dan 400 N dan arahnya 30° , 150° dan 210°  . Tentukan resultan dari ketiga vektor !
Diketahui :      P = 200 N
                        Q = 300 N
                        S = 400 N
Ditanyakan :    R = .................... ?
Untuk menghitung Resultan vektor yang lebih dari 2 vektor lebih mudah menggunakan tabel seperti dibawah : 

















B.    Menguraikan Besaran Vektor
Perhatikan vektor P pada gambar  dibawah !
Arah vektor P adalah ke kanan atas, vektor ini dapat diuraikan menjadi dua komponen yaitu (Px) ke kanan dan (Py) ke atas seperti pada gambar.







Contoh 1
Sebuah vektor P mempunyai besar 200 satuan  dengan arah membentuk sudut 30 ˚ dengan sumbu X positif. Berapakah besar komponen vektor diatas pada sumbu X dan pada sumbu Y ?
            Diketahui  :     P = 200 satauan
                                    α = 30˚
            Diatanya    :     Px  ..... ?
                                    Py .....  ?

            a.         Px = P Cos α                                       b.         Py = P Sin α
                        Px = 200 Cos 30˚                                            Py = 200 Sin 30˚
                        Px = 200 . 0,53                                             Py = 200 . 0,5
                        Px = 100 3 satuan                                         Py = 100 satuan



Contoh 2

            Komponen dari vektor A pada sumbu X adalah 150 satuan. Bila vektor A mengapit sudut 60˚ dengan sumbu X positif. Berapakah besar komponen vektor A pada sumbu Y dan berapa pula besar vektor A tersebut ?
            Diketahui :      Ax = 150 satuan
                                    α = 60˚
            Ditanya :         Ay ..........  ?
                                    A ............. ?
            a.         Ax        = A Cos α                                            b.         A2 = (Ax)2 + (Ay)2
                        150      = A Cos 60˚                                                    3002     = 1502 + (Ay)2  
                        150      = A . 0,5                                                          90000 = 22500 + (Ay)2
                        A         = 150 / 0,5                                                       (Ay)2    = 90000 - 22500
                        A         = 300 satuan                                                    (Ay)2    = 67500
                                                                                                             Ay       = 67500 satuan

 

C.    Perkalian Besaran Vektor

1.      Dot Produck (Perkalian vektor dengan vektor hasilnya skalar)
      Misalnya F(vektor gaya) dan S (vektor perpindahan), Jika kedua vektor   diatas dikalikan hasilnya akan berupa sebuah sekalar yaitu W (Usaha). Secara Matermatika Dot Produck dapat ditulis :
                                          V1 . V2   =   V1.V2  Cos α

2.      Kros Produck (perkalian vektor dengan vektor hasilnya vektor)
      Misalnya F (vektor gaya) dan R (vektor posisi), jika keuda vektor tersebut dikalikan hasilnya akan berupa sebuah vektor baru yaitu  τ (Momen Gaya). Secara Matematika perkalian Kros Product dapat ditulis sbb :
                                          V1  x  V2   =   V1.V2  Sin α

Arah dari hasil perkalian vektor  dengan cara kros product dapat ditentukan dengan aturan putaran skrup, yaitu putaran skrup sama dengan arah putaran vektor melalui sudut terkecil sedangkan arah gerakan skrup menyatakan arah  vektor yang dihasilkan dari perkalian kros product.

3.      Perkalian vektor dengan sebuah bilangan

a . V  =   a V

Fisika Tingkat SMA: Besaran fisika Dan Satuannya

BESARAN

BESARAN dan SATUAN
Besaran adalah segala sesuatu yang memiliki besar atau nilai, ada yang memiliki satiuan ada juga yang tidak memiliki satuan
Besaran terdiri dari Besaran Pokok dan Besaran Turunan



I. Besaran Pokok
Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya sudah didefinisakan terlebih dahulu
Berikut ini 7 besaran Pokok


NAMA BESARAN
SATUAN
PANJANG meter
MASSA kilogram
WAKTU detik atau sekon
SUHU Kelvin
KUAT ARUS LISTRIK Ampere
INTENSITAS CAHAYA Candela
JUMLAH ZAT mol

II. Besaran Turunan
Besaran Turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan atau diambil dari satuan besran pokok
Contohnya : Luas, Volume, Kecepatan, Massa jenis, Gaya, Usaha, Enenergi dsb

III. Satuan
Satauan adalah pembanding dalam suatu pengukuran
contohnya :
NAMA BESARAN
SATUAN
PANJANG meter
MASSA kilogram
WAKTU detik atau sekon
SUHU Kelvin
KUAT ARUS LISTRIK Ampere
INTENSITAS CAHAYA Candela
JUMLAH ZAT mol
PERCEPATAN m s^2
KECEPATAN m s^-1
GAYA newton
USAHA Joule
DAYA Watt
TEKANAN Pascal
ENERGI Joule

Fisika kelas IX: GGL Listrik

Kelas IX | GGL Listrik

Pernahkah kamu memerhatikan tulisan 1,5 V pada baterai, atau 6 V dan 12 V pada akumulator? Besaran 1,5 V, 6 V atau 12 V yang tertulis pada badan baterai atau akumulator menunjukkan beda potensial listrik yang dimilikinya. Hal itu sering disebut gaya gerak listrik (GGL). Untuk membantumu memahami pengertian gaya gerak listrik, perhatikan gambar di bawah ini dan perhatikan pula penjelasannya.

Jika sakelar (sk) ditutup, elektron di kutub negatif baterai akan bergerak melalui penghantar menuju kutub positif. Selama dalam perjalanannya, elektron mendapat tambahan energi dari gaya tarik kutub positif. Namun, energi itu akan habis karena adanya tumbukan antarelektron; di dalam lampu tumbukan itu mengakibatkan filamen berpijar dan mengeluarkan cahaya. Sesampainya di kutub positif, elektron tetap cenderung bergerak menuju ke kutub negatif kembali. 
Namun, hal itu sulit jika tidak ada bantuan energi luar. Energi luar tersebut berupa energi kimia dari baterai. Energi yang diperlukan untuk memindah elektron di dalam sumber arus itulah yang disebut gaya gerak listrik (GGL). Pada gambar di atas tegangan terukur pada titik AB (misalnya menggunakan voltmeter) ketika sakelar terbuka merupakan GGL baterai. Adapun tegangan terukur ketika sakelar tertutup merupakan tegangan jepit. Nilai tegangan jepit selalu lebih kecil daripada gaya gerak listrik.

Fisika Kelas IX: Gaya Coulomb

Kelas IX | Gaya Coulomb

Charles Augustin de Coulomb, seorang fisikawan berkebangsaan Perancis, pada tahun 1785 pertama kali yang meneliti hubungan gaya listrik dengan dua muatan dan jarak antara keduanya dengan menggunakan sebuah neraca puntir. Untuk mengenang jasa Charles A. de Coulomb, namanya digunakan untuk satuan internasional muatan listrik, yaitu coulomb (C). Gaya tarik-menarik atau gaya tolak-menolak antara dua muatan listrik disebut gaya Coulomb (Fc). Apabila dua muatan yang berdekatan jenis muatannya sama, maka gaya Coulombnya berupa gaya tolak-menolak. 
Sebaliknya, dua muatan yang berdekatan jenis muatannya tak senama, maka gaya Coulombnya berupa gaya tarik-menarik.
Besar gaya Coulomb bergantung pada:
1. besar masing-masing muatan (Q1 dan Q2 ),
2. kuadrat jarak antara dua muatan (r2).
Hukum Coulomb berbunyi: besar gaya tolak-menolak atau gaya tarik-menarik antara dua benda bermuatan listrik, berbanding lurus dengan besar masing-masing muatan listrik dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda bermuatan. Secara matematis Hukum Coulomb dirumuskan:
Dengan:
Fc = gaya tolak-menolak atau gaya tarik-menarik (N)
Q1 = besar muatan pertama (C)
Q2 = besar muatan kedua (C)
r = jarak antara dua benda bermuatan (m) k = konstanta pembanding besarnya 9 × 109 Nm2/C2

Fisika Kelas IX: Sifat Muatan Listrik

Kelas IX | Sifat Muatan Listrik

Kita ketahui bahwa benda yang bermuatan listrik, baik positif atau negatif, dapat menarik serpihan kertas kecil. Bagaimanakah jika benda-benda yang bermuatan saling didekatkan? Untuk menjawab persoalan tersebut terlebih dahulu harus mengetahui sifat-sifat suatu muatan listrik.
Pada percobaan dengan cara menggosok batang kaca dengan kain wol, lalu menggantungnya pada statif. Kemudian mendekatkan batang kaca yang sudah dipakai menyisir rambut, diperoleh bahwa batang kaca yang didekati sisir plastik akan tarik-menarik. Hal ini terjadi akibat gosokan dengan kain wol batang kaca bermuatan positif dan sisir plastik akan bermuatan negatif. Dengan demikian, muatan yang tidak sama (positif – negatif) apabila berdekatan akan saling menarik, seperti gambar berikut ini.
Perbedaan terjadi pada ebonit dan sisir plastik. Ebonit yang didekati sisir plastik akan tolak-menolak. Hal ini disebabkan jenis muatan listrik yang dihasilkan akibat gosokan antara ebonit dan sisir plastik sama, yaitu muatan negatif. Jadi, muatan yang sejenis (negatif – negatif) jika berdekatan akan tolak-menolak, seperti gambar di bawah ini.
Percobaan seperti kedua gambar di atas menunjukkan adanya gaya tarik-menarik dan gaya tolak-menolak antara muatan dari benda yang berbeda, yaitu kaca dengan sisir plastik dan ebonit dengan sisir plastik. Dapatkah gaya tarik-menarik dan gaya tolak-menolak terjadi pada benda yang sama?
 
Gaya tarik-menarik atau gaya tolak-menolak antarmuatan dapat terjadi pada benda yang sama, misalnya dua batang kaca. Jika kedua batang kaca digosok dengan kain sutra dan didekatkan, akan tolak-menolak, karena kedua benda bermuatan sejenis. Hal yang sama dapat terjadi pada dua penggaris plastik yang digosok dengan kain wol. 
 

Fisika Kelas IX: Elemen Volta

elemen volta dikembangkan pertama kali oleh fisikawan italia bernama allesandro volta (1790-1800) dengan menggunakan sebuah bejana yang diisi larutan asam sulfat (h2so4) dan dua logam tembaga (cu) dan seng (zn). bagian utama elemen volta, yaitu  1. kutub positif (anode) terbuat dari tembaga (cu),  2. kutub negatif (katode) terbuat dari seng (zn),  3. larutan elektrolit terbuat dari asam sulfat (h2so4).  lempeng tembaga memiliki potensial tinggi, sedangkan lempeng seng memiliki potensial rendah. jika kedua lempeng logam itu dihubungkan melalui lampu, lampu akan menyala. hal ini membuktikan adanya arus listrik yang mengalir pada lampu. ketika lampu menyala, larutan elektrolit akan bereaksi dengan logam tembaga maupun seng sehingga menghasilkan sejumlah elektron yang mengalir dari seng menuju tembaga. adapun, reaksi kimia pada elemen volta adalah sebagai berikut.  pada larutan elektrolit terjadi reaksi  h2so4 → 2h+ + so42-  pada kutub positif terjadi reaksi  cu + 2h+ → polarisasi h2  pada kutub negatif terjadi reaksi  zn + so4 → znso4+ 2e  reaksi kimia pada elemen volta akan menghasilkan gelembung-gelembung gas hidrogen (h2). gas hidrogen tidak dapat bereaksi dengan tembaga, sehingga gas hidrogen hanya menempel dan menutupi lempeng tembaga yang bersifat isolator listrik. hal ini menyebabkan terhalangnya aliran elektron dari seng menuju tembaga maupun arus listrik dari tembaga menuju seng. peristiwa tertutupnya lempeng tembaga oleh gelembung-gelembung gas hidrogen disebut polarisasi. adanya polarisasi gas hidrogen pada lempeng tembaga menyebabkan elemen volta mampu mengalirkan arus listrik hanya sebentar. tegangan yang dihasilkan setiap elemen volta sekitar 1,1 volt. penggunaan larutan elektrolit yang berupa cairan merupakan kelemahan elemen volta karena dapat membasahi peralatan lainnya.